Monday, January 26, 2009

Grand Indonesia Project

Grand Indonesia I



Grand Indonesia II



Grand Indonesia - Mall



Grand Indonesia - Office



Grand Indonesia - Hotel Indonesia

Thursday, January 15, 2009

Si Kecil Korban Perang










Hadiah Anak-Anak israel Untuk Anak-Anak Palestina dan Lebanon


Anak-anak kecil israel menuliskan 'pesan' di cangkang senjata artileri berat. Lokasi di Kiryat Shmona, israel utara, bersebelahan dengan perbatasan Lebanon. Senin, 17 Juli 2006 (AP Photo/Sebastiian Scheiner)





Dan anak-anak LEBANON menerimanya dengan ...



Saudara2ku marilah kita berdoa dengan mengucapkan doa berikut ini dengan lisan kita dan hati kita. Bacalah doa yang saya tuliskan dan hayati. Insya Allah doa kita akan sampai. Sebab Allah akan mengabulkan doa hamba-Nya yang teraniaya dan tidak ada hijab antara kita dengan Allah.

Allahumma a'izzal islam wal muslim wa adzillas syirka wal musyrikin wa dammir a'da aka a'da addin wa iradaka suui 'alaihim yaa robbal 'alamin.

Wahai Allah muliakanlah islam dan kaum kaum muslimin dan hinakanlah rendahkanlah kesyirikan dan pelaku kemusyrikan dan hancurkanlah musuh-Mu dan musuh agama-Mu dengan keburukan wahai Rabb semesta alam.

Allahumma 'adzdzibil kafarotalladzina yashudduna 'ansabilika, wa yukadzdzibuna min rusulika wa yuqotiluna min awliyaika.

Wahai Allah berilah adzab... Wahai Allah berilah adzab... Wahai Allah berilah adzab... orang-oramg kafir yang telah menghalang halangi kami dari jalan-Mu, yang telah mendurtakan para musuhmu dan telah membunuh para wali-Mu, para kekasih-Mu.

Allahumma farriq jam'ahum wa syattit syamlahum wa zilzal aqdamahum wa bil khusus min Yahuud wa syarikatihim innaka 'ala kulli syaiin qodir.

Wahai Allah pecah belahlah, hancur leburlah kelompok mereka, porak porandakanlah mereka dan goncangkanlah kedudukan mereka, goncangkanklah hati hati mereka terlebih khusus dari orang-orang Yahudi dan sekutu-sekutu mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa.

Allahumma shuril islam wal ikhwana wal mujahidina fii 'irooq wa fii filistina wa fii libanin wa fii kulli makan yaa Rabbal 'alamin.

Wahai Allah tolonglah Islam dan saudara kamu dan para mujahid, orang yang berperang di jalan-Mu di Irak dan di Palestina dan di Libanon dan di mana saja mereka berada wahai Rabb semesta alam.

Aamiin Yaa Robbal 'alamin.

Kabulkanlah yaa Rabb semesta alam.

Palestina Yang Terampas… Jalan Menuju Kemerdekaan

Bocah wanita Palestina memberikan kode kemenangan dalam memperingati hari pembantaian

Risalah dari Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun, 15-05-2008

Penterjemah:

Abu Ahmad

_______

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, shalawat dan salam atas utusan pembawa rahmat sekalian alam, junjungan kita, nabi Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya semua. Selanjutnya…

Sungguh musuh-musuh bangsa Arab dan umat Islam dari Zionis dan sekutu-sekutunya telah melakukan rekayasa di Timur dan Barat sejak beberapa abad yang lalu untuk merampas bumi Palestina dan mencerai-beraikan anak bangsanya. Dan rekayasa mereka telah menemukan wujudnya melalui adanya konspirasi Barat dan adanya kelemahan pemerintah negara Arab dan negara Islam dan sistem-sistemnya serta hilangnya kesadaran umat terhadap masalah dan fakta, dan menyebarnya kebodohan, kefakiran dan kelemahan di tengah umat seperti yang kami sampaikan sebelumnya pada makalah pertama. Namun kebangkitan umat Islam yang memunculkan kekayaan baru memberikan sinar harapan yang terang kepada umat, dan menjadikan kehidupan di dalamnya menjadi baru; memunculkan gerakan perlawanan di atas bumi Palestina untuk melawan kebiadaban zionis setelah diumumkan perjanjian Belfourd yang hina pada tahun sebelumnya

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”. (Al-Hajj: 39)

Pada tahun 30-an dan 40-an pada abad yang lalu, diiringi kekerasan dan kekejaman, gelombang tekanan zionis yang didukung oleh dunia internasional, menghembuskan nafas dalam jiwa anak-anak generasi Palestina untuk mempertahankan jiwa dan kehormatan mereka, memunculkan kelompok perlawanan Izzuddin Al-Qossam, mereka berusaha dengan segala kekuatan dan daya upaya yang mereka miliki melakukan perlawanan terhadap agresi yang bar-bar zionisme, menumpahkan darah yang suci di bumi Isra dan Mi’raj.

Bermunculan Kelompok perjuangan dan pencari syahadah, walaupun kapasitas konspirasi internasional lebih besar, sehingga mampu mengusir sebagian besar warga Palestina keluar dari bumi Palestina, dan menempatkan orang-orang zhalim –yang dipimpin oleh kelompok-kelompok besar seperti Amerika dan sekutunya zionis- di negeri Palestina, dan memproklamirkan pendirian negara mereka pada tanggal 15/05/1948, peristiwa pembantaian, penaklukan dan kebisuan yang memalukan yang ada dalam jiwa para pengecut, terutama dari mereka yang mengklaim sebagai para penyeru perdamaian dan pembela hak-hak asasi manusia. Dimanakah kebebasan itu?! Dan dimanakah hak-hak asasi manusia?! Tidak ada cara untuk melakukan itu semua kecuali dengan perlawanan dan pengorbanan.

Usaha yang sia-sia dan tidak memiliki faedah zionis dalam menyembunyikan kejahatan mereka yang terus menerus, mereka berusaha merubah nama-nama desa dan kota yang mereka duduki, mendirikan dan membangun kelompok pendudukan guna melindungi kaum zionis terhina yang hijrah ke bumi Palestina, membangun industri dan lembaga-lembaga serta benteng-benteng, dibantu oleh adanya tekhnologi, harta dan dukungan barat, serta menggunakan pertahanan dengan berbagai senjata canggih :

وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنْ اللهِ فَأَتَاهُمْ اللهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمْ الرُّعْبَ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الأَبْصَارِ

“Dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan”. (Al-Hasyr:2)

Muncullah generasi baru dari dalam negeri Palestina dan di camp-camp pengungsi, sekalipun banyak terjadi pembakaran dan pembantaian di bumi syaikh Yassin, Shabra dan Shatilla serta yang lainnya, namun dengan karunia Allah dan perlindungannya, kerja keji zionis tidak mampu mematikan semangat umat, bahkan berhasil memunculkan gelombang baru yang sangat kuat dari pasukan perlawanan untuk mencerabut akar zionis, karena mereka berada di bawah kekuatan dan kebesaran Allah, mareka mampu melakukan itu semua.

Demikianlah jalan menuju kebebasan; Perlawanan, kesabaran dan keteguhan:

وَلا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنْ اللهِ مَا لا يَرْجُونَ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (An-Nisa:104)

Sungguh tampak sangat jelas dan gamblang sepanjang 20 tahun terakhir; dengan terus bertambahnya aksi intifadhah dan meluasnya perlawanan dari hari ke hari, meningkat dan meninggi suara pasukan perlawanan dan membuat lubang-lubang kuburan diatas bumi mereka dan mempertahankan jiwa-jiwa mereka dengan aqidah, negeri, anak-anak dan wanita-wanita mereka, memaksa dunia semua menyimak bahkan diam terhadap bermunculannya senjata kebenaran dan rudal jihad untuk mendapatkan kemerdekaan bumi Palestina.

Pasukan perlawanan pada saat ini berada pada lingkup kebenaran, keadilan dan kebebasan, menghadirkan para syuhada dan jiwa pengorbanan di jalan aqidah, bumi dan umat mereka, sehingga mengganggu dan membuat resah waktu istirahat dan tidur para zionis dan sekutu-sekutu serta para penyokong dan pembantu mereka, menghadirkan ketauladan ditengah umat seluruhnya, menyeru dengan suara yang tinggi: “Wahai umat yang mencintai kebenaran dan kebaikan, bangkitlah; karena kebenaran yang dibelakangnya terdapat para mujahid tidak akan sia-sia, karena yang demikian adalah jihad… menang atau mati syahid, dan yang demikian adalah salah satu dari dua kebaikan”.

Seluruh umat memiliki kewajiban terhadap bumi Isra dan Mi’raj, terhadap masjid Al-Aqsha yang telah dinistakan oleh zionis, dan diantara kewajiban yang tampak jelas adalah mendukung pasukan perlawanan dengan berbagai cara, dan pada kesempatan ini kami akan menegaskan beberapa point yang harus dijadikan komitmen untuk menyempurnakan jalan menuju kemenangan hingga titik akhir:

1. Bahwa kemerdekaan bumi Palestina adalah kewajiban suci atas seluruh umat, dan merupakan tanggungjawab syar’i dan duniawi, dan hal tersebut bukanlah dengan membuang waktu secara percuma seperti melakukan perundingan, muktamar dan simposium tentang perdamaian; karena zionis –seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya- tidak memiliki i’tikad baik terhadap perjanjian yang dibuat..

أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ فَرِيقٌ مِنْهُمْ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يُؤْمِنُونَ

“Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan Setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman”. (Al-Baqoroh:100),

Namun hanya dengan perlawanan… hanya dengan perlawanan saja, tidak ada yang lainnya.

2. Bahwa kemerdekaan bumi Palestina merupakan –ditambah dengan mengembalikan hak kepada para pemiliknya- bentuk perlindungan bangsa Arab dan Islam terhadap seluruh nageri-negeri disekitarnya; karena proyek zionis memliki tujuan melakukan perluasan dan pelebaran daerah jajahan secara menyeluruh semampu zionis melakukan itu semua.

3. Bahwa kemerdekaan bumi Palestina merupakan jalan menuju kestabilan dan keamanan secara menyeluruh dan hakiki terhadap negeri dan daerah yang ada disekitarnya; karena musuh zionis selalu bekerja –dengan dukungan penuh dan terus menerus dari Amerika- menyedot dan merampas seluruh potensi umat, bahkan darah jiwa mereka sekalipun, contoh yang paling konkret adalah hasil yang dicapai antara zionis dan pemerintah Mesir terhadap gas Mesir dengan harga yang sangat murah sekalipun warga Mesir sangat membutuhkan gasnya dan harganya.

4. Bahwa kemerdekaan bumi Palestina membangkitkan ruh umat secara hakiki sehingga memiliki keinginan memberantas kerusakan dan pelaku kerusakan di dalamnya, berdiri tegak dihadapan musuh-musuh yang zhalim dari para pemerintah, memaksa mereka semua untuk menghormati dan menghargai dan turun melakukan kebaikan secara bersama, untuk hidup secara terhormat, jika tidak bisa juga tinggalkan saja jabatan dan pergi dari tempat tinggal mereka.

5. Bahwa kemerdekaan bumi Palestina mampu mengumpulkan kekuatan dan persatuan umat, menampakkan urgensi dan nilai proyek peradaban Islam, memunculkan kepada anak-anak generasinya akan makna hakiki sebagai sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia.

6. Bahwa kemerdekaan bumi Palestina mampu menyatukan dan menghubungkan umat yang berada di Timur dengan umat yang berada di Barat, umat yang berada di Selatan dan umat yang berada di Utara, sehingga diantara mereka saling menyempurnakan, saling berhubungan, menyatu dan memberikan manfaat dari sumber-sumber daya alamnya yang dimiliki, seperti Minyak, gas dan air, begitupun dengan sumber daya manusianya (SDM) dan dar berbagai ragam strategi, tanah dan buminya.

7. Bahwa kemerdekaan bumi Palestina mampu menghadirkan kepada bangsa dan umat, dan yang sebelumnya umat yang berada di lokasi akan contoh dan tauladan yang hidup akan kemenangan jalan kebenaran dan keunggulannya terhadap kebatilan dan para pendukungnya sekalipun perjalanannya masih panjang dan dengan pengorbanan yang besar.

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar”. (Ali Imran:146)

8. Seluruh umat harus memahami dan menyadari bahwa jalan menuju kemerdekaan adalah berat, panjang dan membutuhkan pengorbanan, namun hal tersebut adalah merupakan jalan yang banyak ditempuh oleh orang-orang yang ikhlas dari para generasi umat dengan mengangkat senjata mereka dihadapa para musuh, para penjajah negeri mereka dan perampas bumi kelahiran mereka, dan mereka bersabar terhadap hal tersebut sehingga mereka mendapatkan kemenangan dan mampu mewujudkan cita-cita mereka dan hidup dengan kemuliaan dan kehancuraan terhadap musuh-musuh mereka.

سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ. بَلْ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat Itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”. (Al-Qomar:45-46)

Dari pemaparan itu semua, maka, kewajiban umat sangatlah banyak, beragam dan sangat urgen, guna dapat mendukung pasukan perlawanan dan perang terhadap zionis, sekutu-sekutu dan antek-antek mereka secara eksternal dan internal.

Adapun kewajiban-kewajiban tersebut dalam bentuk berikut:

1. Menghidupkan kembali orientasi aqidah di tengah umat; karena zionis akan selalu memerangi kita dengan aqidah mereka –sekalipun akidah mereka bathil- untuk membentuk generasi yang terus bersambung bersama orang tua dan kakek mereka untuk melawan dan menghancurkan para perampas dan penjajah negeri.

2. Menyebarkan kesadaran dan pemahaman yang benar dan lurus terhadap qadhiyah sebenarnya, bahwa musuh zionis telah melakukan perampasan dan penjajahan terhadap bumi Palestina; bumi yang subur dan bumi Islam, bahwa hal tersebut tidak ada pilihan lain kecuali melakukan perlawanan dengan berbagai bentuknya untuk memerdekakan bumi dan membersihkan kesuciannya.

3. Memahami dengan benar akan tabiat musuh zionis pelaku perampasan, dan menolak berbagai bentuk interaksi dan damai; karena permusuhan tersebut merupakan bentuk kejahatan.

4. Memboikot seluruh barang yang datang dari musuh, sekutu dan antek-anteknya, dan memblokade serta memutus seluruh hubungan dan interaksi bisnis atau perdagangan dalam berbagai bentuknya.

5. Memproklamirkan penolakan bangsa secara umum dan berkesinambungan terhadap perjanjian damai dengan musuh yang tidak mengenal perdamaian dan tidak mengingikan ketenangan, ketentraman dan kestabilan lokasi, begitupun mengecam dan menolak segala sikap terhadap para pelaku perdamaian dan para penerima pasukan zionis perampas dan penjahat.

6. Memberikan sumbangan terhadap anak-anak generasi Palestina dan memrpoklamirkan dukungan secara kontinyu bagi mereka sepampu kita dan yang bisa kita lakukan untuk mereka; karena musuh selalu bekerja dan melakukan pengepungan, blockade dan embargo, karena itu kita memiliki kewajiban membuka kembali blockade tersebut dan membentangkan tangan untuk menolong saudara-saudara kita, sehingga tidak ada lagi saat blokade untuk “Gaza” atau tepi Barat atau yang lainnya selama kita bersikeras terhadap dukungan dan sikap mereka terhadapnya.

7. Melakukan terus dan menambah tekanan bangsa terhadap sistem yang ada di lokasi untuk melakukan pergerakan mendapatkan kemenangan bagi warga dan penduduk Palestina, menolong dan membantu mereka serta mengembalikan dan memberikan hak-hak mereka, khususnya hak untuk kembali, karena itu merupkan hak asasi yang diakui dalam berbagai undang-undang dan konsensus internasional.

Terakhir kali kami sampaikan untuk para pelaku perlawanan yang dimuliakan Allah:

Wahai para ikhwah tercinta…

Teguhkanlah jiwa kalian, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran kalian dan pereratlah hubungan kalian, dan janganlah merasa hina dihadapan zionis, dan ketahuilah bahwa Allah bersama kalian dan tidak akan sia-sia perbuatan kalian, bahwa kemenangan bersama kesabaran, dan kami –setelah Allah- akan selalu bersama kalian; kami akan mendukung kalian dengan berbagai sarana dan kekuatan yang kami miliki.

Dan ketahuilah bahwa Allah adalah pelindung kalian sementara zionis dan para sekutunya tidak memiliki pelindung, sesungguhnya Allah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik pemberi kemenangan.

Foto-Foto Kerusakan Bumi Palestina

Bagaimana orang lain bisa menghargai umat islam, jika sesama muslim saling menghujat dan berperang karena hanya beda kelompok; faham maupun bendera.


Bersatulah HAMMAS; FATAH; HIZBULLAH, dan.......bersatulah kaum muslimin seluruh dunia, jangan ada yang merasa paling benar dan paling besar, karena Kebenaran dan Kebesaran adalah milik Allah. Manusia hanya sebatas menjalankan sunatullah.

Tegakkan ukhuwah islamiyah sebagai perekat dan pengikat untuk memperkuat kesatuan. Jangankan Israel, Amerika sebagai negara adidaya, Insya Allah tidak akan berdaya terhadap negara Islam.

Sejarah Konflik di Libanon

LibanonUtusan khusus kemanusiaan PBB menyebut konflik di Libanon tahun 2006 sebagai bencana kemanusiaan. Tapi ini bukan kali pertama negara di Timur Tengah itu diguncang konflik. Sebaliknya wilayah ini sudah berkali-kali diamuk kekerasan. Sejarah daerah ini dimulai dari masuknya kelompok militer suku Mardaïtes yang mendiami bagian utara bersama-sama penduduk asli.

Abad ketujuh kelompok Kristen Maronites masuk wilayah tersebut setelah meninggalkan kampung halamannya di Suriah Utara karena mengalami aniaya. Mereka kemudian juga tinggal di utara bersama-sama Mardaïtes dan penduduk lokal, serta membangun gereja Maronite pertama. Secara perlahan-lahan mereka menerima bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari, sedangkan bahasa Suriah, bahasa asli mereka hanya dikhususkan untuk kegiatan ibadah.

Maronites dan Druze
Sementara itu suku-suku Arab masuk ke Libanon Selatan setelah Suriah berhasil dikuasai Islam. Mereka ini menyatu dengan warga lokal dan pada abad ke 11 beralih ke kepercayaan Druze, sebuah sekte yang tak diakui dari Islam Syiah. Libanon Selatan menjadi pusat kegiatan sekte ini. Selain itu Islam Syiah lainnya menduduki utara dan selatan gunung serta lembah Al-Biqa. Berkembangnya Maronites di utara, dan Druze serta Islam Syiah di selatan pada akhirnya nanti menjadi benih masalah kekuasaan.

Akhir abad ke 11 Libanon sempat menjadi bagian dari Kristen di bawah kelompok yang melancarkan perang salib. Maronites bahkan turut menerima supremasi Vatikan namun tetap mempertahankan liturginya sendiri. Libanon sebagai kantong Salibis akhirnya jatuh ke tangan Muslim setelah Sultan Saladin berhasil merebut Beirut pada tahun 1187. Libanon kemudian masuk dalam kekuasaan Mamluk(negara budak) dari Mesir dan Suriah.

Imperium Ottoman
Pada sekitar tahun 1516 Libanon jatuh ke dalam tangan imperium Ottoman. Pada masa ini terjadi reformasi besar-besaran. Kelompok Syiah yang ada di utara dipaksa untuk kembali ke selatan, dan di sana mengembangkan kekuatannya. Kemudian Druze dipindah ke Selatan Suriah, sementara Maronitse masuk ke wilayah selatan tinggal di antara Druze. Pada masa-masa ini perekonomian Libanon mulai bangkit dan menjadi makmur. Perdagangan dengan Eropa dikembangkan terutama perdagangan sutera. Pada saat bersamaan pengaruh politik Perancis juga makin kuat di kelompok Maronites.

Perkembangan ini mendorong pertumbuhan cepat kalangan Kristen hingga mulai mendiami wilayah-wilayah di selatan. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang memilih keluar Libanon mendiami Amerika dan Mesir. Katolik Perancis dan Protestan Amerika berlomba-lomba membuat sekolah-sekolah Kristen. Salah satunya adalah Kolese Suriah Protestan, yang kini dikenal dengan nama Universitas Amerika di Beirut. Menguatnya Kristen membuat cemas Druze. Apalagi putri mahkota Shihab yang saat itu berkuasa makin condong ke arah Maronites.

Penguasa Druze, Bashir II kemudian mencoba untuk melemahkan Maronites dengan berkolaborasi bersama Ibrahim Pasha penguasa tentara Mesir yang menduduki Libanon. Namun ini gagal setelah panglima Mesir tersebut dijatuhkan Anglo-Ottoman. Masa-masa setelah kejatuhan ini diwarnai ketegangan antar pihak. Druze ingin mempertahankan kejayaan tradisionalnya. Sementara Ottoman ingin tradisi kekuasaan ini distop sehingga ia bisa menggolkan kekuasaanya. Sementara Perancis mendukung Maronites dan Inggris mendukung Druze.

Pembagian kekuasaan
Konflik berpuncak pada pembantaian Maronites oleh Druze pada tahun 1860. Ini kemudian memancing campur tangan Perancis atas nama Kristen dan berakhir dengan pola pembagian daerah kekuasaan yang berlangsung hingga perang dunia pertama. Usai perang Libanon berada di bawah kekuasaan pasukan sekutu, khususnya di bawah militer Perancis. Tahun 1923 Liga Bangsa Bangsa(kini bernama Perserikatan Bangsa-Bangsa) secara resmi menyerahkan mandat penguasaan Libanon dan Suriah kepada Perancis. Kristen Maronite tentu saja menyambut gembira keputusan tersebut.

Perang dan berkembang pesatnya penduduk Kristen membuat perubahan atas keseimbangan jumlah penduduk. Pembagian komunitas tidak lagi didasarkan atas Maronite, Druze, Syiah dan Sunni, melainkan Kristen dan Islam. Satu hal yang membuat sama adalah sebagain besar dari mereka tidak menginginkan pendudukan Perancis, tapi juga tidak mau berdiri sendiri. Mereka ingin pembentukan Suriah Raya atau Arab. Untuk meredakan ketegangan tersebut disepakati Konstitusi 1926 yang mengatur pemerintahan yang merata. Yaitu presiden republik berasal dari Maronite, perdana menteri dari Sunni dan ketua parlemen dari Syiah.

Bom di LibanonPerang dan berkembang pesatnya penduduk Kristen membuat perubahan atas keseimbangan jumlah penduduk. Pembagian komunitas tidak lagi didasarkan atas Maronite, Druze, Syiah dan Sunni, melainkan Kristen dan Islam.

Satu hal yang membuat sama adalah sebagain besar dari mereka tidak menginginkan pendudukan Perancis, tapi juga tidak mau berdiri sendiri. Mereka ingin pembentukan Suriah Raya atau Arab. Untuk meredakan ketegangan tersebut disepakati Konstitusi 1926 yang mengatur pemerintahan yang merata. Yaitu presiden republik berasal dari Maronite, perdana menteri dari Sunni dan ketua parlemen dari Syiah.

Merdeka
Untuk beberapa saat lamanya pemerintahan Libanon berjalan normal. Namun krisis ekonomi dan melemahnya perdagangan sutra kemudian ditambah lagi dengan krisis politik menjelang perang dunia kedua membuat suara-suara menuntut kemerdekaan Libanon makin nyaring. Menyusul kejatuhan Perancis di tahun 1940, kelompok pembebasan menyatakan kemerdekaan Libanon. Ini terjadi pada tanggal 26 November 1941. Kendati begitu pernyataan tersebut tidak diakui, bahkan tentara Inggris dan Perancis bercokol penuh di negara tepi Laut Mediterania tersebut.

Tahun 1943 Libanon menyelenggarakan pemilu yang membuahkan kemenangan kelompok nasionalis. Kemenangan penuh kelompok nasionalis ini terjadi pada akhir tahun 1946 saat pasukan pendudukan Inggris dan Perancis meninggalkan Libanon. Dengan penarikan ini Libanon resmi merasakan kemerdekaan dan masuk dalam angota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Liga Arab. Namun ini bukan berarti akhir dari masalah. Libanon kerepotan menjaga keseimbangan kekuasaan antara Islam dan Kristen di tubuh pemerintah. Belum lagi penguasa yang punya kepentingan lain.

Kudeta
Partai Nasionalis Sosial Suriah di Libanon, setelah mendapat inspirasi kudeta di Suriah, mencoba menggulingkan rejim Khuri yang korup saat itu. Upaya tersebut gagal, dan para pemimpin partai ditembak mati. Tahun 1951 dalam sebuah aksi pembalasan, Perdana Menteri Khuri ditembak mati. Camille Chamoun ditunjuk oleh parlemen untuk mengisi kursi presiden. Nasib pemerintahan tak jauh berbeda terlebih ketika Chamoun enggan memutuskan hubungan dengan Inggris dan Perancis yang masa itu menyerbu Mesir.

Keengganan menolong Mesir yang saat itu di bawah pimpinan nasionalis Arab Gamal Abdel Nasser, membuat isu ini bergeser menjadi Barat dan Islam. Kelompok Muslim mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah, bahkan mempersenjatai diri. Jenderal Chehab, panglima anggkatan bersenjata waktu itu menolak menyerang kelompok Islam bersenjata ini karena cemas konflik akan berakhir antara Islam lawan Kristen. Rejim pro Barat ini pun pada akhirnya dikudeta dan Chamoun meminta bantuan Amerika Serikat. Walaupun tak sanggup menolong posisi Chamoun, kehadiran pasukan AS membuat perlawanan Muslim lambat laun menghilang.

Dibalik ketenangan
Jenderal Chehab yang menolak menyerang Muslim akhirnya menjadi presiden baru dan Rashid Karimi menjadi perdana menteri baru. Di bawah kepimpinannya Libanon menikmati masa tenang. Sekalipun begitu di balik itu semua mengendap bom waktu yang nantinya meledak dalam perang saudara berdarah. Yang paling menyolok adalah bangunan politik Libanon yang harus senantiasa memperhatikan keseimbangan kelompok. Kemudian perkembangan ekonomi di kota mendorong urbanisasi besar-besaran di Beirut. Sialnya urbanisasi ini tidak diimbangi dengan pencampuran penduduk, tapi justru sebaliknya pengotakan antara Islam dan Kristen.

Selain itu, karena Kristen lebih dulu ada di kota, maka secara ekonomi mereka lebih baik. Berbeda dengan saudaranya kaum Muslim yang tinggal di pedesaan atau pinggiran yang miskin. Ini memancing kecemburuan. Belum lagi ada perasaan di Suriah bahwa keputusan Perancis memisahkan Libanon dari Suriah adalah tidak tepat. Kemudian suara-suara sumbang yang mempertanyakan mengapa Libanon tidak ikut dalam perang Arab-Israel. Banyak dugaan timbul bahwa ini tidak lepas dari sikap saling mengerti antara Libanon dan Israel.

Namun faktor yang paling menentukan meledaknya perang saudara adalah fakta banyaknya warga Palestina di Libanon. Menyusul konflik di Israel dan operasi Yordania yang menyapu militan Palestina di tahun 1970, maka banyak warga Palestina memilih Libanon sebagai tempat pengungsian. Pada tahun 1973 jumlah perbandingan orang Palestina dan orang Libanon jadi 1:10. Warga Palestina ini menemukan kesamaan dengan warga Islam Libanon. Mereka sama-sama miskin, "terlantar" dan kebanyakan beragama Islam. Ini membuat kedua kelompok tersebut mudah melebur dan saling membantu satu sama lain. Pada masa-masa ini, di tahun 1964, wartawan Charles Hélou menggantikan Chehab sebagai presiden.

Isaraeli airforce.jpgFaktor yang paling menentukan meledaknya perang saudara adalah fakta banyaknya warga Palestina di Libanon. Menyusul konflik di Israel dan operasi Yordania yang menyapu militan Palestina di tahun 1970, maka banyak warga Palestina memilih Libanon sebagai tempat pengungsian.

Pada tahun 1973 jumlah perbandingan orang Palestina dan orang Libanon jadi 1:10. Warga Palestina ini menemukan kesamaan dengan warga Islam Libanon. Mereka sama-sama miskin, "terlantar" dan kebanyakan beragama Islam. Ini membuat kedua kelompok tersebut mudah melebur dan saling membantu satu sama lain. Pada masa-masa ini, di tahun 1964, wartawan Charles Hélou menggantikan Chehab.

Mulai bentrok
Di penghujung karir Hélou sebagai presiden, beberapa faksi dari organisasi pembebasan Palestina PLO mulai bentrok terbuka dnegan tentara Libanon. Untuk mengatasi masalah ini dibuat perjanjian di Kairo tanggal 3 November 1969 yang berisi kesepakatan bahwa pemerintah Libanon memberikan kekebasan bagi Palestina untuk mendirikan kamp pengungsi dan mendirikan kantong-kantong di sepanjang perbatasan selatan dengan Israel. Sebagai timbal balik PLO janji tidak mencampuri urusan dalam negeri Libanon.

Kesepakatan itu sulit diterima oleh banyak orang Palestina dan kalangan kiri Libanon. Aksi-aksi Palestina terhadap Israel Utara yang tak mampu dicegah pemerintah Beirut akhirnya membuahkan serangan balik Israel. Ini langsung dimanfaatkan oleh kubu Kristen Kanan, yang punya dendam sejarah dengan kelompok selatan, untuk turut menghabisi Palestina yang saat itu sudah melebur dengan kaum Muslim Libanon. Pada masa krisis ini, tepatnya tanggal 17 Agustus 1970, Suleiman Franjieh dipilih jadi presiden.

Gagal
Franjieh gagal memutuskan dua masalah penting saat itu. Yaitu apakah kelompok Syiah dan Islam lainnya diberikan kewenangan lebih dalam pemerintahan Libanon. Mengingat kelompok ini secara jumlah sudah lebih banyak dari Kristen. Kemudian yang kedua adalah apakah Libanon harus mendukung PLO. Libanon belum melupakan kegagalan politiknya saat tidak memihak dalam perang Arab-Israel. Ketakberpihakan itu justru dipandang sebagai politik mendukung Israel.

Berlarut-larutnya situasi membuat kelompok Gerakan Nasional Muslim Libanon yang dipimpin Kamal Jumblatt gerah dan mendesak dilakukan reformasi politik serta menyatakan dukungan kepada pejuang Palestina. Gerakan ini langsung mendapat dukungan luas dari kelompok Islam. Sementara itu Maronite Kristen ingin mempertahankan konsep pemerataan kekuasaan, yang secara tidak langsung memberikan kewenangan politik bagi kubu mereka. Karena itu mereka juga mengambil tindakan terhadap kelompok kiri Libanon dan PLO, yang menurut pandangan Maronite merupakan ancaman terhadap kesatuan Libanon.

Perang saudara
April 1975 menjadi saksi perang saudara paling berdarah yang pernah ada di Libanon. Pemerintahan lumpuh, sarana pra sarana hancur, dan korban jiwa secara cepat bertambah. Pada awal 1976 posisi Kristen kian terjepit dan Islam kelihatannya bakal menang. Dengan kata lain kalau ini terjadi maka Libanon menjadi kiri dan pro PLO. Apapun itu hasilnya, bagi Suriah negara tetangga Libanon, keadaan ini bakal memancing Israel campur tangan besar-besaran. Dan kalau terjadi maka itu sama sekali tidak menguntungkan Suriah.

Keadaan itu membuat Suriah melakukan manuver politik untuk mendukung kelompok Kristen Libanon. Sesuatu hal yang sulit dibayangkan, terutama karena posisi tersebut menjadikan Suriah bersekutu dengan Israel untuk membantu Kristen Libanon. Padahal Suriah dan Israel bermusuhan satu sama lain secara politik. Bahkan pada saat itu pun kondisi permusuhan tetap dipertahankan kendati bersekutu untuk mencegah kemenangan kelompok kiri dan PLO. Dukungan ini membuat kubu Kristen mulai meraih kemenangan atas perang saudara.

Perseteruan ini berujung dengan pembagian wilayah. Sebelah utara, termasuk Beirut utara, di bawah pemerintahan Kristen, sementara sebelah selatan di bawah pemerintahan Druze-Muslim-Palestina. Pada Oktober 1976 Liga Arab mengirim pasukan perdamaian untuk menjaga agar kedua pihak tidak saling menyerang. Ini berjalan baik dan berangsur-angsur kekerasan mulai berhenti. Akan tetapi permasalahan sesungguhnya belum berhasil diselesaikan.

Walaupun kontak kekerasan antar dua kelompok reda, tidak demikian dengan konflik antar sesama kelompok. Ini terjadi pada kelompok Islam, namun tidak pada Kristen. Partai Kristen Phalangist justru sukses membuat koalisi sehingga pemerintahannya menjadi kanan. Ini mencemaskan Suriah, sehingga ia yang tadinya mendukung kelompok Kristen, justru balik mendukung kelompok Muslim.

Hezbollah-lebanonflag.jpgPerang dan kebabngkitan Hisbullah
Di saat bersamaan Palestina di perbatasan masih saja melakukan kekerasan terhadap Israel yang berujung dengan masuknya Israel kembali ke Libanon pada tanggal 14-15 maret 1978. Targetnya adalah menghancurkan kantong-kantong Palestina di perbatasan. Kekerasan baru tersebut menjadikan Libanon Selatan kembali membara. Akan tetapi di masa yang sama, rentang waktu 1975 sampai 1982, ekonomi Libanon mulai bangkit bersamaan meningkatnya ekspor minyak. Di luar itu Libanon tetap menjadi daerah yang porak poranda akibat perang.

Situasi politik pasca perang saudara lebih runyam ketimbang sebelumnya. Suriah kebingungan untuk menarik diri dari Libanon, mengingat ketidakstabilan wilayah, sementara Israel tidak merasa punya tanggung jawab politik sehingga mereka mudah saja menarik diri. Palestina banyak menderita kekalahan, ini menyimpan bom waktu pembalasan kembali, dan tentu saja hal tersbeut juga bisa memancing campur tangan ulang Israel. Di sisi lain kelompok Kristen akan terus berhutang pada Israel karena bantuannya. Dan situasi yang tidak kalah runyam adalah bangkitnya Pan-Arabisme sebagai jawaban atas perang yang berkepanjangan.

Aksi-aksi Palestina di perbatasan pada akhirnya kembali mendorong Israel melakukan operasi milter. 17 Juli 1981 angkatan bersenjata Israel membombardir markas PLO yang mengakibatkan 300 orang tewas. Ini disambung dengan invasi Israel ke Libanon Selatan pada tanggal 6 Juni 1982. Dalam kesempatan sama pemimpin Israel menyatakan akan memusnahkan PLO serta membentuk pemerintah Libanon yang bisa menciptakan suasana damai dengan Israel. Invasi berjalan mulus dan pasukan Suriah kalah.

Atas pengawasan internasional para pemimpin PLO meninggalkan Beirut, kemudian pergi ke beberapa negara Arab. Sementara tentara PLO bertahan di Utara Libanon dan lembah Al-Biqa. Pada masa ini pula muncul gerakan bersenjata baru yang dinamakan Hisbullah. Gerakan ini terinspirasi revolusi Islam Iran tahun 1979 dan terpicu oleh invasi Israel tahun 1982. Hisbullah yang anggotanya mayoritas Syiah bertujuan mengusir Israel dari Libanon dan membentuk negara Islam di sana.

Peran Suriah
Pada 17 Mei 1983 Israel dan Libanon hampir mencapai kesepakatan damai di mana termasuk penarikan mundur pasukan Israel, membuat zona keamanan di perbatasan Selatan Libanon dan membangun hubungan bilateral. Kesepakatan ini tidak banyak mendapat dukungan dari kelompok Muslim. Namun Israel tetap menarik pasukannya hingga tahun 1985 hampir seluruh pasukan tidak lagi ada di Libanon. Kekosongan ini kembali membuat Suriah sebagai negara yang bertanggung jawab atas Libanon. Suriah kemudian berusaha membuat pola kekuasaan baru yang ditolak presiden Gemayel saat itu.

Ketika jabatan Gemayel berakhir parlemen Libanon tidak bisa menyetujui presiden baru. Namun Gemayel tidak peduli dan menunjuk Jenderal Michel Aoun sebagai perdana menteri. Saat bersamaan, lawannya, Salim al-Hoss menyatakan diri sebagai perdana menteri. Jadi Libanon tidak memiliki presiden, tapi dua perdana menteri. Maret 1989 Aoun melancarkan apa yang disebut dengan perang kemerdekaan terhadap Suriah namun gagal. Pada tanggal 22 Oktober mayoritas parlemen Libanon yang terpilih dalam pemilu terakhir bertemu di Arab Saudi dan menyetujui pola pemerintahan kompromistis. Artinya baik Kristen dan Islam mempunyai kekuatan berimbang dalam pemerintahan.

Perang dari tahun 1975 sampai 1990 mengakibatkan 150 ribu warga Libanon tewas, seperempat warganya mengungsi, dan ratusan ribu lainnya mengalami pemindahan paksa. Pasca 1990 Libanon mulai berbenah sembari para pihak yang bertikai menahan diri sesuai kesepakatan pemerataan kekuasaan. Perdana Menteri Rafiq al-Hariri sukses menggiatkan ekonomi dan membuat Beirut kembali dikunjungi wisatawan. Masa-masa kepulihan Libanon ini mengingatkan orang akan istilah tempo dulu yang menyebut Beirut sebagai Parisnya Timur Tengah.

Resolusi 1559
Dewan Keamanan PBB pada tahun 2004 mengeluarkan resolusi 1559 yang menegaskan kedaulatan penuh Libanon tanpa campur tangan asing. Resolusi meminta penarikan penuh pasukan asing dan pelucutan semua milisi bersenjata. Tapi di lapangan resolusi ini seperti tidak banyak berbicara. Pasukan Suriah tetap ada di sana dan demikian pula milisi bersenjata tetap aktif terutama Hisbullah. Mereka kerap meluncurkan roket ke arah Israel Utara. Hisbullah menyatakan sebagai kelompok yang mendukung Palestina, oleh karenanya aksi-aksi Hisbullah kerap berkaitan dengan konflik Israel-Palestina. Selepas tahun 2000 Hisbullah juga bergerak sebagai partai politik dan mempunyai pengaruh kuat atas pemerintahan Libanon.

Awal tahun 2005 Hariri yang sudah tidak menjabat lagi dibunuh lewat serangan teror bom. Persitiwa tersebut memicu gelombang unjuk rasa besar-besaran menentang Suriah dan meminta penarikan penuh pasukan Suriah dari Libanon. Suriah dalam laporan PBB diduga sebagai pihak dibelakang aksi teror bom tersebut. Unjuk rasa menentang Suriah diimbangi oleh kelompok Muslim terutama dimotori oleh Hisbullah, yang sebaliknya justru meminta Suriah tetap hadir. Kendati begitu Suriah akhirnya menarik seluruh pasukan pada pertengahan 2005.

libanon-brug.jpgTahun 2006
Walaupun situasi jauh lebih baik, Libanon sebenarnya tetap rawan. Mengingat isu awalnya yaitu pemerataan kekuasaan antara Islam dan Kristen, kemudian aktifnya sayap bersenjata dari Hisbullah di Libanon Selatan, serta konflik Israel-Palestina, belum juga terselesaikan. 12 Juli 2006 milisi bersenjata Hisbullah menyerang militer Israel. Delapan tentara Israel tewas dan dua lagi diculik. Hisbullah nampaknya melakukan aksi ini tidak lepas dari peristiwa kekerasan antara Israel-Palestina menyusul penculikan terhadap tentara Israel oleh Hamas di Jalur Gaza.

Aksi militer Hisbullah oleh Israel disebut sebagai pernyataan perang. Dan seperti mengulang sejarah panjang konflik di Libanon, Israel kembali mengerahkan mesin perangnya menyerang kota-kota di Libanon. Walaupun pemerintah di Beirut sudah mengatakan aksi kekerasan Hisbullah bukanlah tanggung jawab Libanon. Hisbullah sendiri menuntut pertukaran tahanan sebagai syarat pembebasan tentara Israel. Namun Israel menolak tuntutan itu dan meminta pembebasan tanpa syarat serta pelucutan Hisbullah.

Konflik Israel-Palestina dan Israel-Libanon tahun 2006 mencemasi banyak orang akan perang berdarah-darah di kawasan itu. Dalam dua pekan pertama konflik, jumlah korban sipil tewas sudah menanjak hingga ratusan. Padahal trauma perang di Beirut belumlah sirna. Pembangunan serta ekonomi yang sudah berjalan dan kembalinya wisatawan ke Libanon, seakan tidak dipandang sebagai barang suci yang harus dipertahankan. Kini warga Libanon harus kembali hidup dalam cekaman kengerian perang.